Demak – Banjir di Kabupaten Demak meluas ke delapan desa di dua kecamatan. Akibatnya lebih dari lima ribu kepala keluarga (KK), dan 21.301 jiwa terdampak.
Data tersebut mengacu catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak pada Minggu, 2 Februari 2015 pukul 17.00 WIB. Data dampak banjir itu bertambah wilayah Desa Loireng dibandingkan data sebelumnya.
“(Dampak banjir) sebanyak 5.065 KK, 21.301 jiwa. Sebanyak 8 desa di dua kecamatan Karangtengah, dan Sayung,” kata Kepala Pelaksana BPBD Demak, Haris Wahyudi Ridwan dalam keterangan resminya, Minggu (2/2/2025).
Desa-desa terdampak banjir itu, di antaranya Desa Batu, Desa Wonoagung, Desa Rejosari, Desa Wonokerto, Desa Wonowoso kecamatan Karangtengah dan desa Sayung. Kemudian Desa Kalisari, Loireng Kecamatan Sayung.
“Kondisi terkini 8 desa dua kecamatan masih tergenang. Terjadi genangan setinggi antara 20 sampai 40 cm di jalan raya dan permukiman warga,” terangnya.
Ia menyebut naiknya rob dan penyempitan saluran membuat banjir semakin tinggi.
“Naiknya air rob sehingga debit air semakin tinggi,” ujarnya.
“Penyempitan alur saluran di Desa Banjarsari yang mengakibatkan aliran air tidak bisa mengalir dengan lancar sehingga air meluap ke jalan raya,” sambungnya.
Sementara itu, pantauan di lokasi pukul 17.30 WIB di Dukuh Lengkong dan Ngepreh, Desa Sayung terlihat sejumlah warga memarkirkan kendaraannya di ujung gang. Mereka menerjang banjir dengan ketinggian 40 hingga 1 meter lebih sepanjang 1 kilometer hingga 2 kilometer.
Ketinggian air di rumah warga bervariatif lantaran jalan kampung itu lebih rendah dibandingkan lantai rumah setiap warga.
Warga Buat Perahu Rakit
Sementara itu, warga Dukuh Ngepreh yang rumahnya terendam banjir, Syairozi mengatakan banjir datang sekitar tiga hari yang lalu. Dia lalu berinisiatif membuat perahu rakit dari sejumlah peralatan alat rumah.
“Sekitar tiga hari yang lalu sejak Imlek itu kan hujan terus, dua hari nggak berhenti, dua malam berturut-turut, pagi langsung naik airnya tidak bisa diatasi,” terang Syairozi saat ditemui di lokasi.
Perahu rakit itu dia buat dari bekas lemari es dengan penyangga dua batang pisang, dan empat galon air mineral 15 liter. Perahu rakit itu dinaiki istri dan anaknya yang berusia sekitar 10 tahun, menuju ujung gang tempat sepeda motornya parkir.
Dia mendorong perahu rakitnya itu sekitar 200 meter hingga ke ujung gang.
“Iya untuk aktivitas warga, kalau malam pulang juga suka dingin, kalau pakai rakit (perahu) kan agak kira-kira,” ujarnya.
Sementara itu, istri Syairozi, Roudhoh mengaku menggunakan perahu rakitan itu setiap hari.
“Iya pakai perahu ini. Mau belanja, sama anak ini mau ke rumah saudara,” terang Roudhoh.
sumber: detikjateng
Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Artanto, Ribut Hari Wibowo