Pekalongan – Viral sepakbola ‘tarkam’ di Kabupaten Pekalongan berujung ricuh. Disebutkan dua orang menjadi korban, salah satunya adalah anggota TNI yang bertugas sebagai Babinsa setempat.
Peristiwa itu diketahui terjadi pada pertandingan sepakbola tarkam HW Cup antara kesebelasan Persigo (Baliho) melawan Rao Landungsari, di Desa Wuled, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Rabu (7/8) sore. Ada dua video berdurasi 25 detik dan 18 detik yang beredar di media sosial.
Pada kedua video tersebut, terlihat detik-detik bagaimana kondisi di lapangan saat terjadi kericuhan. Dalam video juga tampak seorang pria berseragam TNI AD langsung pingsan setelah kepalanya terbentur sesuatu di tengah kericuhan.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Desa Wuled, Wasduki mengatakan dirinya tidak berada di lokasi saat kericuhan berlangsung.
“Saya tidak tahu kejadian itu saya tidak berada di lokasi kejadian saat itu,” kata Wasduki kepada detikJateng, Kamis (8/8/2024).
Terpisah, Ketua Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Pekalongan, Candra Saputra mengonfirmasi adanya kericuhan tersebut.
“Iya benar ada kejadian itu. Ada dua korban, satu warga penonton umum dan satu anggota TNI yang bertugas. Kondisi keduanya semalem saya tengok ke rumah sakit, telah berangsur baik,” kata Candra.
Candra menegaskan Askab menyayangkan adanya kericuhan itu. Pihaknya pun telah memintai keterangan terkait kronologi kericuhan.
“Tadi malam saya menemui panitia beserta ketua panitia, HW Cup Wuled. Saya tanya kronologis dan lain sebagainya,” kata Candra.
Dari keterangan pihak panitia, dikatakan pertandingan berjalan baik. Hanya saja, oknum penonton yang dinilai berlebihan saat tim kesebelasan berhasil mencetak gol.
“Pada pertandingan tersebut sebenarnya tidak ada masalah, cuma suporter kedua kesebelasan ini ada yang kurang dewasa, sehingga memprovokasi suporter lain. Contohnya merayakan kemenangan gol, masuk ke lapangan. Ini terlalu berlebihan,” ungkapnya.
Padahal, menurutnya, sebelum dilakukan pertandingan, antara kedua tim dan maupun kedua suporter dilakukan kesepakatan damai.
“Satu hari sebelumnya ada kesepakatan damai kedua klub bola dan juga pentolan suporter. Namun, kesepakatan itu karena saking banyaknya pendukung kedua tim tidak bisa mudah mengendalikan. Ada ribuan di situ,” kata Candra.
Awal keributan sempat membuat pertandingan terhenti beberapa menit, kemudian dilanjutkan kembali hingga selesai pertandingan.
“Namun, keributan juga terjadi di luar lapangan pada saat pertandingan yang sebetulnya sudah clear. Pertandingan sampai selesai adu penalti,” kata Candra.
Dalam kesempatan itu, Candra memastikan jumlah korban dua orang. Tidak seperti yang tersebar di media sosial atau pesan berantai yang bernarasi mencapai puluhan hingga ratusan orang.
“Korban ada dua orang satu anggota TNI karena lemparan batu dan satu masyarakat umum yang menonton,” jelasnya.
Pertandingan yang ricuh kemarin, menurut Candra baru masuk babak 16 besar. Pertandingan Persigo vs Rao Landungsari itu berakhir imbang 1-1 kemudian dilanjutkan adu penalti dengan hasil skor 5-3 untuk kemenangan Persigo Bligo.
Candra menambahkan HW Cup Wuled merupakan pertandingan bergengsi antarkampung. Bahkan di tahun kemarin, final bisa menyedot penonton sekitar 10 ribu orang.
“Kalau yang kemarin itu 7 ribu penonton, di tahun kemarin pas final ada 10 ribu penonton. Lapangan layak? Ya tidak layak. Tidak ada tribunnya,” ujar Candra.
“Ya dari hasil evaluasi, untuk selanjutnya yakni di 16 besar dilakukan tanpa penonton dan pertandingan 8 besar ditunda,” pungkasnya.
sumber: detikjateng
Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo